Sejak kecil aku menjalani masa yang bermacam, masa-masa yang kadang sering terjadi dan bahkan baru sama sekali. Masa lalu merupakan hal besar yang sulit dilupakan keberadaanya. Ketika aku menjalani sesuatu itulah aku bersama masa laluku, ada kalanya waktu terasa membuatku hangat dan terlindungi, namun hal itu tidak berlaku secara keseluruhan: hanya sebagian kecil saja yang bisa aku ingat untuk selanjutnya aku salin di kertas lain yang lebih bersih. Hidup adalah sebuah kesempatan untuk membuat cerita sebanyak mungkin, dalam satu sisi cerita itu dituntut untuk mempunyai nilai yang bisa dipertanggungjawabkan, dan sisi terluar mengatakan aku adalah kehidupanku untuk bisa mengisi hari-hariku, apapun itu. Catatan yang telah tertumpahkan begitu sulit untuk dirubah, perubahan bisa dilakukan pada kejadian yang terasa mirip dengan takdir yang telah lewat, sedangkan tangisan di belakang begitu juga semua emosi yang ada sungguh bisa membuatku melirik, meraih suara dan semua suasananya. Banyak yang menjadi pelakunya: aku, kehidupan dekatku, dan persahabatan. Semua memberikan suara berbeda untuk setiap detik jarum jam yang mulai berpindah dari angka-angka yang ada: memutar dan akhinya kembali. Sungguh kata-kata yang mengharukan jika aku dengarkan dalam suasananku sebuah dongeng tentang: “Aku dan Masa Lalu.”
Aku mulai merasakan sedikit aroma segar yang dari beberapa waktu yang lalu selalu melintas di setiap tanah yang sedikit bergeser membentuk beberapa telapak kaki, aroma tajam mengancam dan mencekik setiap ingatanku ke masa lalu. Ironis sekali jika dihubungkan dengan pandangan mataku yang selalu diusahakan untuk melihat ke depan, apapun yang ada. Aku salalu berusaha memberikan garis yang sedikit berbeda pada bibirku, garis yang lebih mewakili harapan dan keberhasilan untuk mengatakan “iya” pada setiap rencanaku. Pada akhirnya kehidupan dekatku bekata pada diriku, bahwa aku adalah kesombongan yang tidak masuk akal, kabanggaan yang terlupakan, dan senyuman yang menyakitkan. Keengganan berbuat benar telah menikam sedemikian dalam di setipa pikiran dan nafsuku, pemahaman aneh terhadap egoisme melahirkan ketidakteraturan pandangan orang lain. Porsiku adalah aku lebih rendah dari yang sebenarnya.
Seolah semua terus berputar, melepas angan aku tak mau sedangkan awan yang megah di atas sungguh membingungkan. Aku merasa semuanya adalah senyuman setiap kehidupan dekatku, dan sebuah kebanggaan untuk kehidupan lain di sana. Semangat hidupnya adalah harapan yang terus menerus dan sepertinya tidak akan berakhir. Tapi, sebuah senyuman tetap saja sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa yang lebih sederhana menurut pemahamanku. Apakaha tinta yang akan kupakai untuk menulis telah kutumpahkan sendiri di samping keinginanku, ataukah api yang telah berkobar akan tiba-tiba kehabisan kayu bakar? Memahami kisah yang ada dan tetap membuat garis lurus setidaknya cukup menghibur kehidupan dekatku. Di sana masih banyak daun-daun hijau yang harus aku kumpulkan untuk bisa memperbaiki pohon besar kehidupan dekatku yang mulai meranggas. Kayu-kayunya kering dan akarnya mulai mengecil kehabisan air. Kerutan di tubuhnya sudah semakin banyak, jelas memperlihatkan banyaknya hal yang telah melewatinya. Sebuah awal yang baik diharapkan bisa memberikan hal yang sama untuk seterusnya. Membuat taman indah penuh senyuman dan menguatkan pohon yang semakin memudar senyumnya serta memelihara rumput masa depan itulah yang akan kulakukan mulai hari ini.
No comments:
Post a Comment